-->
 |
Rumah makan sunda di area Batu Gantung |
Kabut turun di daerah Batu gantung, sepiring nasi dan ayam
goreng panas yang ditemani segelas teh panas menemani menu makan siang kami,
team Lihat Indonesia. Satu yang menarik penglihatan saya adalah sepiring
Jengkol semur yang di Goreng..hmmm lezat kelihatannya.
Setelah beberapa hari berada di Garut, laju roda dua Sejoli
taft yang sudah tidak muda lagi dari team Lihat Indonesia mulai bergerak keluar
meninggalkan Kota Garut. Tujuan laju roda ini mengarah semakin ketimur, dan
destinasi selanjutnya yang akan kami singgahi adalah kota Tasikmalaya.
 |
Makan siang di tengah cuaca sejuk Batu Gantung |
Sebenarnya kalau di tarik garis lurus dari Garut menuju
Tasik tidak lah jauh, namun bukan team Lihat Indonesia jika harus memilih melenggang di jalanan aspal mulus. Dua Sejoli
taft yang kami tumpangi harus menjajal rute aduhai di pesisir selatan jawa.
 |
Kabut turun di perjalanan menuju Tasik |
Dari Kota garut laju mobil mengarah ke daerah Batu gantung
terlebih dahulu untuk sekedar beristirahat sambil mengisi perut. Sebelum sampai
Batu gantung hujan mulai turun. Jalanan sempit dan licin ditambah kabut yang datang
sedikit menghambat laju kendaraan kami. Kang Yana dan sahabat-sahabat dari TDI
Garut mengawal kami sampai perbatasan Garut-Tasik di daerah Pamengpeuk.
Tepat jam 19.00 rombongan sampai di Pamengpeuk, Kang Yana
dan temen-temen TDI garut melepas kami di depan sebuah halaman rumah sakit. 2
Taft dari team Lihat Indonesia harus melanjutkan perjalanan menyusuri pesisisr
selatan Jawa, sedangkan kang yana dan temen-temen dari TDI Garut harus kembali
ke kota Garut lagi. Satu hal yang selalu saya benci dalam setiap perjalanan
adalah berpisah dengan orang-orang baik seperti mereka yang sudah tulus
menolong kita.
Jalanan mulai bergelombang, lubang-lubang besar menganga sepanjang
jalur pesisir selatan Jawa ini. Belum
lagi gulita yang menghadang kami. Dua mobil beriringan perlahan, bahkan
beberapa kali kami harus berhenti untuk sekedar melepas penat. Pesona keindahan
pantai di sepanjang perjalanan kami tidak bisa dilihat. Hanya Gulita dan
jajaran pohon rapat di samping kiri jalanan yang kami lalui.
Tepat hampir tengah malam kami sampai di rest area wanawisata
Urug. Sahabat-sahabat baru dari TDI (Taft Diesel Indonesa) Tasik sudah menungu
kami. Penat dan kantuk sudah mulai mengampiri, dan tanpa banyak membuang waktu
akhirnya kami mulai melanjutkan perjalanan kembali ke kota Tasik.
“inilah Tasik mas, jam segini sudah susah nyari warung
makan” Anggit yang menjemput saya dan temen-temen berceloteh ketika kami
beristirahat sejenak untuk menikmati makan malam di sebuah angkringan yang
sepertinya ramai sekali di datangi oleh anak-anak muda Tasik. Dan setelah perut
kenyang kami diajak ke rumah Anggit untuk bermalam sambil melepas penat.
***
 |
Ngoffroad dulu yaaa |
Pagi Menjelang dan langit timur sedang memancarkan cahaya
merah nya ke seantero penuru dunia. Ada beberapa kegiatan yang akan kami
lakukan di Kota Tasik ini. Diantaranya adalah kembali ke wanawisata URUG untuk
mencoba trek offroad andalah teman-teman offroader Tasik ini. Hari sudah menjelang siang ketika kami
berkumpul kembali ke rest Area Urug, tempat kami bertemu tadi malam.
Setelah melapor ke peutugas di Wanawisata ini rombongan
mulai memasuki hutan urug, trek yang akan kami lalui. Pertama medan nya lumayan
asik, pemandangan di sekitar juga hijau. Namun kondisi ini berubah ketika harus
ada rintangan yang kami lalui, yakni sebuah kubangan lumpur yang di sambut
dengan tanjakan terjal. Semua kisah berawal dari spot ini.
 |
si "kebo" binal nya Anggit yang mengalami cedera :) |
Mobil pertama yang notabene adalah pengurus dari area ini
lancar masuk, mobil kedua masuk trek lancar, mobil ketiga masuk sudah harus
ditarik dan yang paling yahud adalah mobil Anggit. Kerika harus melalui
rintangan itu mobil agak kuwalahan untuk keluar dari kubangan lumpur. Alhasil
arm powerstering nya patah dan mobil harus terseok-seok ketika di tarik melalui
Tanjakan curam.
Ternyata tidak hanya sampai disitu petualangan yang kami
harus hadapi. Karena arm powerstering nya patah sehingga setir sudah tidak bisa
di control, alhasil walaupun ditarik juga kesusahan untuk membelok kan sang
mobil mengkuti jalur yang harus di lalui.
 |
Gelap Mulai Hadir |
Gelap sudah hadir, sementara kami masih berusaha memperbaiki
mobil supaya bisa di tarik menuju jalan raya. Akhirnya di putuskan di bongkar
di area hutan dan dibawa keluar untuk di perbaiki di bengkel. Saya dan beberpaa
teman yang ikut dalam trek itu menunggu di titik awal perjalanan tadi. Dan
kira-kira sudah hampir tengah malam juga mobil berhasil di bawa keluar dan kami
pulang menuju ke kota Tasikmalaya kembali. Benar-benar petualangan yang seru.
Satu yang bisa saya tarik dari pelajaran hari itu adalah kebersamaan mereka
dalam memecahkan masalah.
 |
Pintu masuk Goanya masih Alami |
Hari berikutnya Urug masih menjadi tujuan kami. Memang Wana
wisata ini banyak sekali menyimpan potensi pariwisata yang belum terungkap.
Alhasil sebuah informasi tentang goa yang ada di daerah itu membuat rasa
penasaran kami mulai bergelora. Dengan di temani om Teguh dan seorang pengelola
dari wana wisata urug ini, kami menjelajah memasuki goa yang terlihat jarang
sekali di jamah manusia. Kami masuk kedalam goa dengan sudut kemiringan hampir
70 derajat, dan itu melewati rumpun bamboo yang tumbuh di mulut goa. Bagitu
sampai di dalam goa banyak sekali kelelawar yang bergantungan disana, dan
secara spontan indra penciuman saya langsung menangkap bau anyir yang keluar
dari dalam Goa.
“kalau ada kelelawar dalam Goa itu artinya tidak akan ada
ular disana mas”
ucapan yang keluar dari bapak yang mamandu kami adalah satu
hal yang membuat saya tenang saat itu. Lumpur yang lumayan dalam harus kami
lalui. PerjalanaN terus dilanjutkan hingga kami harus merunduk karena memasuki
sebuah area yang sempit sekali, hingga kami harus berhenti di satu titik karena
oksigen yang ada di dalam goa itu Semakin menipis.
 |
jalur yang harus di lalui |
Setelah memotret kondisi dalam goa itu kami pun bergegas
kembali melalui jalur masuk tadi. Dan ketika sampai di titik awal rasanya plong
sekali, tapi satu hal yang membuat saya penasaran adalah tentang beredarnya mitos
bahwa di mulut goa itu setiap jam 11 siang sering terlihat seorang gadis cantik
berseragam ala Jawa warna hijau…hmmmm.
 |
Foto keluarga di dalam Goa |
Tasikmalaya menyimpan banyak sekali potensi wisata dan
budaya yang sudah selayaknya kita jaga. Kareba bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai budaya nya bukan..
Perjalanan masih harus di lanjutkan. Tujuan dari laju roda
team Lihat Indonesia selanjutnya adalah JOGJA.
SUGENG RAWUH WONTEN JOGJA..
Labels: LihatIndonesia, Travel