-->
 |
Tamansari |
Gemericik air mancur kecil siang itu seolah mengalunkan
nada-nada kedamaian. Ornamen-ornamen indah yang terangkai dalam sebuah bentuk
bangunan membuat saya betah untuk sekedar melepas penat di selatan keraton
Jogjakarta ini.
Tamansari atau orang juga mengenalnya sebagai water castle.
Istana yang dulu di fungsikan sebagai tempat beristirahat sultan dan
keluarganya ini memang di bangun dengan sebuah seni yang tinggi oleh arsitek eropa yang berasal dari portugis.
Namun di kemegahannya itu nilai-nilai luhur Jawa masih tetap di tonjolkan
sehingga timbulah sebuah akulturasi budaya yang melahirkan sebuah karya seni
yang indah sekali.
 |
masuk area Tamansari |
Masuk ke area Tamansari kita akan melewati sebuah gerbang
yang megah. Ornament bunga-bunga an menghiasi gapura. Setelah membayar tiket
masuk kita akan disambut oleh beberapa guide yang ramah dan berlisensi.
Walaupun sudah beberapa kali mengunjungi objek wisata asik di Jogja ini, saya
masih tertarik dengan keterangan-keterangan yang dikuasai oleh para pemandu
wisata ini.
“Dulu istana Tamansari ini dikelilingi oleh segaran dan
wewangian yang berasal dari bunga-bunga yang sengaja di tanam di pulau di sekitar
segaran ini.” Oh ya segaran adalah danau buatan yang sengaja di buat
mengelilingi istana untuk memperindah Tamansari itu sendiri.
 |
Area dalam tamansari |
Setelah melewati gerbang saya melihat beberapa bangunan di
kanan kiri jalan masuk. Ternyata itu dulunya di peruntukan bagi para miyogo
(penabuh gamelan ) yang memainkan gending-gending Jawa untuk relaksasinya
sultan dan anggota keluarga. Tidak jauh dari situ saya melihat dua kolam air
yang menyerupai kolam renang jaman sekarang. Namun sejatinya itu adalah tempat
mandinya putra-putri raja, selir dan permaisuri. Ternyata tidak hanya dua
kolam, ada satu lagi. Jadi total ada 3 kolam, satu untuk raja (umbul panguras),
satunya untuk putra-putri raja (Umbul kawitan) dan satunya lagi adalah untuk para
selir (umbul pamuncar).
 |
Menara |
Hal yang menarik perhatian saya adalah sebuah menara yang
terdiri dari tiga lantai. Sebuah tangga kecil yang terbuat dari kayu jati
menghubungkan ketiga lantai tersebut. Dari lantai paling atas semua area
tamansari ini terlihat jelas. Mungkin dulu ini adalah spot andalannya sultan
untuk menikmati indahnya komplek istana Tamansari sewaktu masih di kelilingi
oleh danau-danau buatan beserta pulau-pulau kecilnya yang lengkap dengan
bunga-bunga an sebagai sumber wewangian yang ada disana. Angan saya langsung
melambung membayangkan sekitar 200 tahun lalu sudah sampai titik itu untuk
menikmati sebuah keindahan.
Komplek Tamansari ini banyak sekali lorong-lorong rahasia.
Konon katanya ada satu lorong yang menghubungkan Keraton dan Tamansari ini,
gunanya adalah sebagai jalan rahasia ketika keraton dalam keadaan bahaya.
Bahkan menurut pak Pak Ahmad pemandu yang menemani saya, ada satu lorong yang
tembus langsung ke pantai Parangkusumo. Dulunya lorong inilah yang menjadi
jalan raja-raja yang memerintah Jogja untuk bertemu dengan ratu laut kidul (nyi
roro kidul). Tapi lorong itu sekarang sudah terlihat di tutup dengan semen
karena usianya sudah tidak meungkinkan untuk di lewati.

Hal unik lainnya di tamansari adalah sebuah masjid pendem
artinya masjid dibawah tanah. Letaknya ada di sumur Gumuling. Bangunan masjid
ini terbuat dua tingkat. Yang menarik adalah desain sisi akustiknya sangat
bagus sekali, sehingga ketika imam memimpin sholat suaranya bisa terdengar ke
semua area masjid. Namun bagian tengah masjid adalah tempat yang menurut saya
paling eksotik. Tempat ini berbentuk
persegi dengan lima anak tangga di sekelilingnya. Asiknya lagi ketika melihat keatas
itu langit dangan gumpalan awan putih nan indah sob… sebuah seni arsitektur
yang sangat menawan.
Menyusuri setiap sudutnya saya dibuat takjub oleh sisa-sias
keindahan istana tamansari ini. Sebuah konsep taman yang menyatu dengan alam.
Menggunakan setiap unsur alam untuk menciptakan sebuah keindahan adalah hal
yang sangat bijaksana. Sebuah keindahan yang terbangun dari selera seni yang
tinggi. Semoga Tamansari senantiasa terjaga kelestariannya.
Labels: Java, Travel