 |
Indahnya sunrise Bira |
-->
Bira masih sunyi. Jalanan menuju kawasan pelabuhan
penyeberangan kapal Ferry yang melayani rute Bira-Selayar juga masih lengang.
Lampu-lampu kapal di kejauhan terlihat kerlap-kerlip menghiasi langit yang dini
hari itu terlihat agak mendung. Dingin masih saya rasakan ketika duduk di salah
satu trotoar jalan di pelabuhan ini.
Beberapa kendaraan roda dua mulai terlihat hilir mudik. Saya
juga sudah bersiap-siap menyiapkan tripod dan kamera untuk mengabadikan momen
indah matahari terbit di pelabuhan ini. Konon katanya sunrise disini indah, karena ada foreground tiang-tiang layar kapal phinisi yang sedang bersandar.
 |
Bintang dan mendung |
Di sebagian langit masih terlihat beberapa bintang, namun di
bagian lainnya sudah tertutup mendung. Sedikit kecewa, tapi bukankah kita tidak
bisa memprediksi alam. Alam punya kuasa atas segalanya, jadi ya nikmati saja.
Selalu terngiang oleh quote yang
pernah di berikan oleh seorang sahabat. “ sebuah foto perjalanan yang bagus itu
di ambil ketika kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat”. Mungkin
saat ini saya berada di tempat yang tepat, tapi mungkin juga bukan disaat yang
tepat.
 |
Perlahan Mulai menampak kan keindahannya |
Tapi Tuhan sepertinya selalu mendengar doa para pejalan.
Selang beberapa saat mendung pun menyibak. Semburat cahaya pagi mulai muncul
secara perlahan. Langit yang tadinya gelap mulai terang oleh cahaya emas
kekuningan matahari yang baru muncul. Dan kamera saya pun terlihat begitu
bahagia mengabadikan momen-momen indah itu.
Saya berjalan mendekati hiruk pikuk masyarakat nelayan di
salah satu sisi pelabuhan. Ternyata mereka sedang melakukan transaksi jual beli
antara nelayan dan para pedagang pasar ikan. Ikan-ikan berjejer terlihat begitu
segar sekali. Beberapa pekerja juga terlihat sedang membersihkan kapal-kapal
phinisi yang sedang bersandar tersebut.
 |
Mulai rame |
Ada yang unik saya lihat pagi itu. Ternyata kapal phinisi
tidak merapat di dermaga, jadi mereka menggunakan gethek (apa sih bahasanya),
eh rakit maksud saya untuk ke darat. Jadi rakit ini seperti jembatan kecil yang
menghubungkan daratan dan lokasi dimana kapal phinisi bersandar.
Matahari sudah mulai meninggi, hiruk pikuk yang tadi saya
lihat juga sudah mulai lengang. Saatnya untuk mengisi perut karena sedah protes
kelaparan. Hmmm sarapan di Tanjung bira enaknya apa ya?
Labels: Sulawesi, Travel