 |
Foto Tjong A Fie dan beberapa bagian rumah besarnya. |
|
|
Suasana rumah besar itu terlihat sepi begitu saya masuk
melalui sebuah gerbang yang terlihat begitu megah. Pilar-pilar besar sebagai
penyangga rumah terlihat kokoh dan kaku. Gaya arsitektur terlihat jelas perpaduan
antara Melayu, Tionghoa, Eropa dan
Artdeco.
Daun-daun jendela besar menghiasi hampir di setiap sudut bangunan. Ya rumah
besar (
mansion) inilah yang selesai
dibangun pada tahun 1900 menjadi salah satu saksi sejarah kota Medan dan saat
ini telah menjadi
Tjong A Fie Memorial
Institute atau lebih dikenal dengan
Tjong
A Fie Mansion.
Tjong A fie, Pria kelahiran Guangdong sebuah propinsi yang terletak di pesisir tenggara negara
Republik Rakyat Cina ini adalah sosok penting bagi kota Medan. Lahir pada tahun
1860 dari keluarga pedagang. Tjong Afie kecil rela meninggalkan bangku sekolah
demi membantau menjaga toko ayahnya, dan pada umur 18 tahun Tjong A Fie remaja
merantau ke Hindia Belanda (Indonesia). Dengan berbekal sedikit uang beliau
menyusul kakaknya yang terlebih dahulu ada di kota Medan. Tjong A Fie remaja
mulai bekerja di toko sahabat kakaknya. Dari sanalah karier gemilang saudagar kaya
berhati mulia ini berawal.
 |
Rumah besar itu perpaduan arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan Artdeco |
Tjong A Fie remaja tumbuh sebagai sosok teladan. Pantang
baginya untuk bergaul dengan hal-hal yang berbau Candu, Judi, minuman keras dan
pelacuran, yang saat itu sedang menjadi tren dikalangan remaja. Watak
kepemimpinan nya sudah muncul walau umurnya masih tergolong muda. Tak jarang
Tjong A Fie muda di panggil pemerintah Belanda untuk melerai kekacauan yang
terjadi diantara buruh di perkebunan.
Karena prestasi-prestasi dan kearifannya Tjong A Fie muda
diangkat menjadi Letnan Tionghoa oleh
pemerintah Hinda Belanda. Dan dalam waktu singkat sudah naik pangkat menjadi Kapitan pada tahun 1911 untuk
menggantikan jabatan kakaknya yang sudah wafat. Dan karena kearifannya juga
Sultan Deli merekomendasikan Tjong A Fie menjadi anggota dewan kota dan dewan
kebudayaan selain menjabat sebagai penasehat pemerintah Hindia Belanda yang
berkuasa saat itu.
 |
Tjong A Fie sang saudagar kaya yang berhati mulia |
Tjong A Fie menjadi orang Tionghoa pertama yang memiliki
perkebunan yang sangat luas. Berbagai komoditi unggulan saat itu menjadi hasil
perkebunan nya, mulai dari tembakau, teh, hingga perkebunan kelapa. Tjong A Fie
mempekerjakan lebih dari 10.000 pekerja untuk mengelola perkebunan nya. Bahkan
usaha di bidang pertambangan juga ia jabanin seperti tambang batu bara di
Sawahlunto.
Berdasar cerita diatas tidak heran jika ia membangun sebuah
rumah yang sangat besar di jalan Ahmad Yani daerah Kesawan ini. Sebuah Gerbang
yang sangat megah menjadi pintu masuk utama menuju bangunan bersejarah itu.
Namun sayangnya pagi itu suasana rumah terlihat lengang sekali. Sejak dibuka
untuk umum pada tanggal 18 juni 2009 rumah besar (mansion) ini sudah didatangi
banyak sekali tamu yang penasaran dengan sosok saudagar kaya ini.
 |
kamar Tidur Tjong A Fie yang guedee sekali |
Setelah membayar 30.000 sebagai dana untuk pengelolaan rumah
ini, saya diantar oleh seorang guide menuju kedalam rumah lewat pintu samping
kiri rumah. Jendela-jendela besar masih mendominasi rumah besar ini. Cat warna
kuning nya ini adalah ciri khas Melayu yang dipakai Tjong A Fie sebagai bentuk penghormatan
beliau kepada bumi Melayu yang sudah membesarkan namanya, bahkan dia juga tekenal fasih berbahasa Melayu kala itu.
Banyak sekali ruangan di rumah ini, Menurut keterangan sosok
wanita muda dengan wajah manis khas Tioanghoa yang meng guide in saya, Rumah
ini memiliki 40 kamar. Namun hanya beberapa kamar saja yang dibuka untuk umum,
diantaranya adalah ruang makan, ruang menerima tamu kerajaan, kamar tidur, dan
sebuah aula di lantai 2 yang memajang berbagai foto-foto keluarga Tjong A Fie.
Altar sembahyang terlihat ada di dua tempat. Yang pertama saya jumpai ada di lantai
satu dan ini tamu boleh memasukinya, dan yang kedua ada di lantai dua, yang ini
di khususkan untuk keluarga saja sepertinya.
 |
Bagian tengah rumah yang dibiarkan terbuka untuk sirkulasi udara |
Di tengah rumah terdapat sebuah spot yang tidak beratap.
Angin bebas masuk melalui lokasi ini. Saya benar-benar di buat kagum oleh
arsitektur rumah ini. Semua terlihat begitu sempurna dan memiliki tehnik
arsitektur yang canggih menurut saya. Jendela-jendela lebar sengaja dibuat
untuk sirkulasi udara. Di tengah bangunan sengaja tidak dibuat beratap supaya
udara bebas masuk kedalam ruangan-ruangan yang ada di rumah ini.
Ornamen-ornemaen Tionghoa juga banyak menghiasi hampir di setiap sudut ruangan,
hal ini menandakan dia bangga terlahir sebagai orang Tioanghoa namun menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur Melayu karena beliau tinggal di tanah Melayu.
Bukankah sosok seperti ini yang seharusnya menjadi tauladan
di negara ini?
"sebenarnya ini adalah rangkaian trip menuju Pulau Banyak Aceh Singkil, tapi berhubung travel kesana berangkat pada malam hari akhirnya saya bisa ngider-ngider di kota Medan seharian"
***
 |
Gerbang dari jalan Ahmad Yani |
|
 |
Ruang makan |
|
 |
Altar sembahyang |
 |
Ruang menerima tamu kerajaan Deli |
 |
Sang Raja |
 |
Tangga ke lantai dua |
 |
Foto-foto Keluarga di lantai 2 |
 |
View dari lantai dua |
 |
Mejeng boleh kan? :) |
 |
Pintu Utama yang jarang di buka |
 |
Beberapa Ornamen dari Tjong A Fie Mansion |
Labels: Sumatera, Travel