 |
Pantai pasir putih Lampung dengan latar belakang pulau Condong |
Penat akibat petualangan seru kemarin belum juga hilang,
namun pagi sudah menjelang. Itu artinya saya harus bergegas mengemasi barang
bawaan ke dalam tas carrier biru kesayangan. Pagi ini saya akan melanjutkan
perjalanan kembali ke Pulau Jawa.
Bocah kecil putri om Dodi seperti biasa tiap pagi sudah asik
maen di depan pintu. Sasaran main biasanya ayam-ayam yang ada di sekitar situ.
Dia terlihat bahagia sekali jika sedang bermain bersama ayam-ayam seperti pagi
itu.
Sarapan pagi sudah di siapkan, setelah semua beres saya
segera menyantap hidangan pagi yang menggairahkan itu. Tidak butuh waktu lama
untuk saya menghabiskan menu sarapan pagi yang terhidang.
Saat nya pamitan dan melanjutkan perjalanan. Om Dodi yang
kebetulan letak kantornya adalah searah dengan rute perjalanan saya menuju ke Bakauheni
maka kami naek motor beriringan.
Hingga sampai di depan kantornya kami berpisah. Saya kembali
melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan aspal menuju ke pelabuhan untuk
kemudian menyeberang ke pulau Jawa. Ada sedikit yang menggelitik batin saya
ketika melewati jalur lintas Sumatra ini. Banyak sekali terpampang foto-foto
narcis para pejabat setempat. Coba jika dana untuk mencetak foto-foto narcis
itu di alokasikan untuk mencetak foto destinasi wisata di daerah tersebut kemudian
di pampang di jalur lintas sumatra ini tentu orang akan semakin tau tentang
potensi wisata di lokasi itu sangat besar.


Sejenak mampir ke kawasan wisata pasir putih di pinggir
jalan lintas Sumatra. Kondisinya cukup terawat, namun pagi itu air laut sedang
surut jadi pantainya tidak terlihat begitu manarik. Di kejauahn berdiri kokoh
sebuah bukit di pulau Condong. Menikmati indahnya pulau itu bisa menyeberang
dengan perahu sewaan dari pantai pasir putih ini. Sedang asik-asik memotret
saya di datangi oleh seorang bapak-bapak manawarkan jasanya untuk
menyeberangkan saya menuju pulau Condong. Seandainya saya tidak capek dan
memiliki banyak waktu pasti saya akan kembali ke pulau itu, walaupun entah
sudah keberapa kalinya saya menyambangi pulau yang terkenal dengan
underwaternya yang masih terjaga itu.
Waktu semakin siang, dan perut saya sudah lapar kembali.
Dari berangkat kemaren saya mengincar sebuah rumah makan pindang di daerah Kalianda.
Semangkuk pindang kepala patin terhidang di meja, bersama dengan sepiring ikan
asin, sambel khas nya dan lalapan. Selera makan siang makin membuncah melihat
itu semua. Dan seperti biasa langsung hup hup hup semua masuk dengan sukses
kedalam perut indah ku ha ha.
 |
Menu makan siang yang menggoda |
Puas dengan santapan siang, perjalanan kembali saya
lanjutkan. Lewat tengah hari sekitar jam 12:00 lebih saya merapat ke pelabuhan
Bakauheni. Motor vario kesayangan mulai menaiki area parkir di atas kapal
ferry. Setelah semua beres rasanya ingin merebahkan diri sejenak di ruangan lesehan
VIP kapal yang biasanya di bisa di akses dengan membayar biaya tambahan sekitar
10.000 rupiah, namun sayangnya ruangan lesehan yan saya idam-idamkan itu tidak
tersedia di kapal ini. Ruangan VIP hanya berisi sofa-sofa yang lumayan nyaman
untuk duduk, namun tidak bisa buat berbaring. Ah sudahlah mendingan ke area
cafetaria menikmati secangkir kopi lampung seperti biasa.
Hampir 4 jam saya berada diatas kapal, hal ini dikarenakan
sedang ada perbaikan dermaga di pelabuhan merak, maka jadwal sandar kapal ferry
harus bergantian. Akibatnya saya harus terapung-apung selama hampir 2jam. Tentu
ini akan membuat jengkel para pengguna jasa kapal ferry dan pelabuhan.
 |
Ruangan VIP kapal Ferry |
Tepat pukul 16:00 saya keluar dari lambung kapal. Tanah jawa
sudah didepan mata, namun perjalanan tidak berhenti disitu. Untuk mencapai
tempat tinggal saya di daerah karawaci saya harus menempuh perjalanan lagi
sekitar 3 jam lebih. Itu belum termasuk waktu yang terbuang karena macet yang
di sebabkan saya berkendara di jam yang berpapasan dengan waktu keluar pabrik
para pekerja.
Akibatnya baru pukul 21:00 saya sampai di kamar dan langsung
tepar dengan sukses nya. Badan rasanya mau patah-patah, tapi mengingat kembali
petualangan gila ini rasanya penat ini terobati. Dan selesailah petualangan
solo touring ke bumi “tapis” itu. Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa
berkunjung dan berpetualang di daerah ini.
***
Labels: Sumatera, Travel