Dua tahun sudah berlalu ketika saya untuk terakhir kalinya dapat
memandang dengan haru wajahnya yang tenang dan damai, melapaskannya
untuk selama-lamanya menghadap sang Khalik Allh SWT.
Begitu
banyak kenangan, keihklasan, ketegaran yang menjadi suri tauladan bagi
saya. Tiada lagi yang dapat saya berikan sebagai balasannya atas semua
yang di tinggalkannya kepada saya, kecuali do'a memohon kepada-Nyaagar
diampuni segala dosa-dosanya, kekhilafannya, diterima iman Islam nya,
di limpahkan rahmat kepadanya serta mendapat tempat yang mulia di
sisi-Nya.
Bapak adalah guru dari segala guru yang pernah
saya jumpai. Beliau mengajarkan kepada saya mengenal Huruf, belajar
berbicara, belajar berjalan hingga belajar berpetualang juga sudah beliau
ajarkan sejak umur enam bulan lahir kedunia ketika harus berangkat
keluar dari kampung halaman nya yang selama ini telah membesarkannya
untuk menuju ke pulau sumatra mengadu nasib di perkebunan karet.
Tekno
Kecil sudah bisa menikmati perjalanan dengan bis ekonomi dari Pati
menuju kepedalaman Jambi. Untuk membayar ongkos naik bis terpaksa bapak
juga harus menicicil tiap bulan diambil dari upahnya selama menjadi
buruh di perkebunan karet tersebut.
Kebun karet adalah
masa kecil saya. Saya bisa bermain dengan alam sepuasnya disana.
mengajar anak-anak babi, bermain dengan simpe (anak monyet ekor
panjang), mencoba buah-buah hasil hutan hingga belajar berburu. hingga
akhirnya di kebun karet itu juga ibu harus menghembuskan nafas
terkahirnya ketika saya masih duduk di kelas 1 sd yang saat itu belum
begitu faham dengan arti dari sebuah kematian.
Mendengar
cerita itu semua dari mulut-mulut orang sayang sayang kepada beliau
seolah saya ingin kembali memeluk mereka dan membagi kebahagiaan yang
saya rasakan kali ini kepadanya.
dan malam ini...
Ketika semua larut dalam doa bersama kepada beliau...
ketika pemimpin doa mengajak kami melafalkan LAILAHAILALLAH
Tiba-tiba saya tersedu...
tanpa terasa airmata menetes satu persatu jatuh ke buku Yassin yang saya pegang...
Tak kuasa rasanya membendung kerinduan saya yang mendalam
Belum sempat rasanya membuat beliau tersenyum bahagia...
Seketika itu juga saya merasakan sebuah pelukan hangat dari samping ..
Ketika saya menoleh saya mendapati beliau tersenyum disana tanpa sepatah katapun..
Saya tidak tau apakah ini halusinasi saya aja atau beliau memang benar-benar hadir disana..
Apapun itu alhamdulillah sudah bisa menunaikan amanah beliau untuk terakhir kalinya...
"kalau ada apa-apa bapak mau di "tidur" kan di Pati aja ya le " pesan terakhir beliau
Bapak
memang petualang sejati, hingga di detik-detik terakhir menjelang
kepergiannya juga beliau sedang menikmati perjalanan indahnya "pulang"
dari pelosok Jambi menuju kampung Halaman nya, Walaupun akhirnya
hembusan terakhir nafasnya terjadi ketika beliau sedang "berpetualang"
dari Jambi menuju ke Pati.
Petualang Ulung itu pun akhirnya pulang kampung.Labels: Note